Senin, 24 Juni 2013

Analisa Kation Dalam Kimia Analisis


Analisa Kation
Analisa Kation Dalam Kimia Analisis - Langkah dalam analisis kation secara umum dapat dikategorikan dalam 3 tahapan sbb :
Tahap pertama : Pemisahan Kation-kation ke dalam golongan
      - Kation tiap golongan diendapkan sebagai senyawa dengan pereaksi pengendap golongan tertentu.
     - Endapan yang dihasilkan mengandung kation-kation dalam satu golongan.
     - Pemisahan endapan dan larutan  teknik sentrifugasi  dekantasi.
     - Pereaksi pengendap golongan berikutnyaditambahkan pada larutan hasil dekantasi.

Tahap kedua : Pemisahan Kation-kation dari tiap golongan
Serangkaian reaksi  memisahkan satu kation dalam satu kelompok dari kation lainnya.
-  Reaksi yang dipilih  keuntungan tentang kemiripan dan perbedaan sifat- sifat kimia. Tahap ketiga : Identifikasi tiap Kation
-  Keberadaan suatu kation diidentifikasi  satu atau lebih reaksi kimia yang karakteristik atau spesifik untuk suatu kation.

Kation Golongan I : Hg2 2+, Ag+, Pb 2+
Kation golongan I terdiri atas tiga logam yang garam kloridanya tidak larut dalam larutan asam. Pereaksi yang digunakan untuk menetapkan golongan ini adalah asam klorida (HCl) sehingga golongan I kadang-kadang disebut golongan asam klorida/  golongan klorida/  atau golongan perak. Dalam suasana asam,klorida  kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendap kation gologan I memiliki dua keuntungan:
       (1) memperoleh endapan klorida golongan I semaksimal mungkin
       (2) menghinadri terbetuknya endapan BiOCl dan SbOCl
Kation Golongan II (Hg2+, Pb2+, Cu2+, Sb2+, Sn2+, Sn4+,As3+, Bi3+). Sulfida dari golongan II  merupakan endapan yang dihasilkan dari penambahan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer (0,25 – 0,30 M) kedalam larutan sampel. Golongan II  sering disebut hidrogen sulifida atau golongan tembaga-timah.

Sulfida golongan II memiliki nilai Ksp yang sangat kecil, oleh sebab itu konsentrasi ion sulfida herus dijaga relatif rendah, agar menghindarkan pengendapan dari sulfida-sulfida yang diharapkan tetap larut (golongan III atau IV). Konsentrasi ion sulfida diatur hanya sampai mampu mengedapkan SnS2. Konsentrasi ion sulfida  dapat dikontrol dengan pengaturan konsentrasi H+.

Kelompok besar ini  kemudian dipisahkan kelarutan sulfidanya. Sulfida amfoter dari stibium  dan timah larut dalam larutan basa yang mengandung sulfida dan amoniak, tetapi sulfida raksa(II), timbal(II) dam tembaga(II) dalam suasana basa yang mengandung amoniak.. Sulfida timbal (II) dan tembaga (II) larut apabila konsentrasi ion melalui sulfida diturunkan melalui prosos oksidasi diubah menjadi unsur belerang dengan menggunakan asam nitrat.

Kation Golongan III (Zn2+ Mn2+, Fe2+ atau Fe3+,Co 2+, Ni 2+, Al3+ ,Cr3+)
Ion‑Ion dari kation golongan III semuanya diendapkan oleh hydrogen sulfida dalam buffer amoniak ‑ amonium klorida. Golongan ini  gol. hidrogen sulfida basa atau golongan  aluminium‑besi. Sulfida yang tak dapat diendapkan pada golongan II akan terlihat pada golongan III. Sulfida golongan III memiliki Ksp lebih besar dibandingkan golongan II  sehingga dibutuhkan konsentrasi S2-  > yang dipenuhi oleh larutan hidrogen sulfida dalam suasana basa (pH = 9).

Aluminium (III) dan krom (III)  bentuk hidroksidanya sangat sedikit kelarutannya   konsentrasi ion hidroksida dari larutan amonia lebih dari cukup untuk mengendapkan secara sempurna kedua kation ini
Kecuali Al 3+dan Zn 2+ yang subkulit d-nya terisi penuh  unsur‑unsur lainnya memiliki subkulit d yang belum terisi penuh oleh elektron   memiliki tingkat oksidasi yang bervariasi. Terbentuknya warna‑warna yang spesifik dari ion golongan III  terutama ion kompleksnya, sehingga pengamatan warna  sebagai deteksi awal dari keberadaan ion golongan III dalam larutan.

Kation Golongan IV (Ca2+dan Ba 2+)
Kalsium dan barium terletak dalam satu golongan  memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dan sulit untuk saling dipisahkan. Klorida, sulfida dan hidroksida dari barium dan kalsium bersifat larut  kedua kationnya dapat dipisahkan dengan golongan sebelumnya. Kedua ion dapat diendapkan sebagai karbonat dalam suasana buffer amonium klorida ‑ amoniak.
Ion kalsium dan barium hanya ditemukan dalam muatan 2+, yang keduanya berikatan secara lonik dengan anion. Kedua kation tidak berwarna dan menghasilkan endapan putlh dari garamnya. Garamnya yang larut dalam air mencakup asetat, bromida, klorida, lodida, nitrat, dan perklorat. Senyawa yang sulit larut meliputi karbonat, fluorida, oksalat dan sulfat

Konsentrasi kesetimbangan dari Ca dan Ba dalam larutan jenuh menurun menurut urutan:
CaCrO4 > Ca(OH)2(s) > CaS04(s) > CaF2(s) > CaC03(s) > CaC2O4(s) > Ba(OH)2(s) > BaF2(s) > BaC2O4(s) > BaCO3(s) > BaSO4(s) > BaCrO4(s)
Dalam proses analisis, perbedaan kelarutan di antara kedua kromatnya sangat berguna  barium kromat dapat diendapkan pada saat kalsium kromat tidak mengendap
Tidak diketahui adanya kompleks kalsium atau barium dalam larutannya
Tes nyala : Ca2+ adalah merah terang, Ba2+ adalah hijau‑kuning.

Analisis Kation Golongan V (Mg 2+ , Na+, K+, NH4+)
Senyawa kation golongan V  memilki derajat kelarutan yang sangat tinggi, sehingga disebut golongan larut. Untuk identifikasi kation golongan V tidak cukup ditetapkan dengan satu pereaksi spesifik. Ion amonium diidentifikasi dari sampel yang tak diketahui melalui gas yang dibebaskannya. Untuk kation lainnya tidak ada pereaksi pengendap yang spesifik. Tambahan identifikasinya dilakukan dengan menggunakan tes nyala.
1) Ion Magnesium, Mg2+. Unsur magnesium  salah satu anggota golongan alkali tanah sifat ion Mg2+ tidak berwarna dan memiliki kemiripan dengan Ca2+ , Ba2+. Magnesium sulfat dan magnesium kromat  larut baik dalam air, tetapi hidroksidanya sedikit larut, kecuali adanya ion amonium dan magnesium karbonat
Garam rangkap magnesium amonium fosfat heksahidrat memiliki kelarutan yang terbatas dalam air.

Dalam larutan jenuh konsentrasi kesetimbangan Mg2+ turun dengan urutan :
MgC2O4 > MgCO3 > MgF2 > MgHPO4 > Mg(OH)2 > MgNH4PO4. 6 H2O
Reaksi pembeda dari ion Mg2+ adalah pembentukan warna biru dari Mg(OH)2 dengan p -nitrobenzenacoicum yang dikenal sebagai Magneson atau pereaksi S dan O (Suitzu dan Okuma).

Minggu, 23 Juni 2013

Produktivitas Biodiesel Kemiri Reutealis Trisperma

Indonesia tidak dapat selamanya tergantung pada minyak bumi. Bahan Bakar Nabati (BBN) tampaknya merupakan jawaban masalah konsumsi energi masa depan, karena penggunaan BBN lebih ramah lingkungan dan diperkirakan akan semakin ekonomis dengan semakin langkanya Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada gilirannya BBN akan memiliki prospek yang semakin baik untuk dikembangkan apalagi BBN merupakan sumber energi terbarukan yang didukung pengembangannya oleh pemerintah melalui regulasi dan kebijakan, pembiayaan serta penelitian dan pengembangan (Sambodo, 2008).
Biodiesel sebagai salah satu BBN yang dapat mensubstitusi solar, akan dapat berkembang dengan baik jika dan hanya jika produksi biodiesel dapat secara ekonomis berdaya saing dengan solar. Salah satu faktor penting yang menentukan daya saing tersebut adalah produktivitas lahan untuk menghasilkan biodiesel secara kontinu. Disamping itu dengan situasi harga BBM yang berkecenderungan meningkat akan menjadikan BBN semakin berdaya saing. Hal ini ditunjang oleh kelimpahan sumberdaya yang tersedia terutama lahan, iklim, tenaga kerja dan teknologi.
Untuk produksi biodiesel pada daerah yang sudah mengalami kelangkaan sumber daya lahan, pengembangannya harus berbasis pada tanaman yang sekaligus mampu berfungsi konservasi dan tidak bersaing dengan penyediaan bahan pangan. Hal ini karena hampir semua daerah di Indonesia memiliki lahan kritis yang memerlukan konservasi terutama pada daerah yang kepadatan penduduknya tinggi seperti di Jawa. Keunggulan produksi biodiesel adalah tanaman sumbernya sangat bervariasi (Tabel 1), yang sebagian besar merupakan tanaman pohon yang dapat berfungsi konservasi, dan bukan merupakan penghasil bahan pangan, serta memiliki potensi produksi yang tinggi.

Contoh, Kemiri Reutealis Trisperma merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati untuk biodiesel, yang dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi, dan bukan merupakan penghasil minyak makan karena mengandung racun. Menurut hasil observasi cepat yang dilaksanakan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (BALITTRI) kandungan minyak yang diekstraksi dari kernel dapat mencapai lebih dari 50% dan dari beberapa pohon mampu menghasilkan buah lebih dari 250 kg. Masalahnya adalah apakah benar Kemiri Reutealis Trisperma dapat menghasilkan biodiesel yang lebih dari 10 ton tiap ha dan dapat divisualisasi secara jelas dan ilmiah, sehingga dapat menjadi dasar para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah dan swasta untuk dapat mengembangkan Kemiri Reutealis Trisperma. Berdasarkan atas masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai produktivitas Kemiri Reutealis Trisperma melalui simulasi dinamika sistem produksi tanaman.

 METODOLOGI
  •  Proses Produksi Buah
Kemiri Reutealis Trisperma merupakan tanaman pohon dikotil yang dapat mencapai tinggi lebih dari 10 m dan diameter batang 1 m. Tanaman ini termasuk Famili Euphorbiaceae, dapat tumbuh di daerah tropika sampai subtropika pada ketinggian kurang dari 600 m di atas permukaan laut dengan daun lebar 6-10 cm. Area perakaran lateral Kemiri Reutealis Trisperma dapat mencapai dua kali diameter tajuknya, yang dapat mencapai lebih dari 5 m. Oleh karena itu, jarak tanam idealnya 8 m segitiga atau bujur sangkar.Bila digunakan jarak tanam segitiga maka populasi tanamannya 150 pohon tiap ha.
Buah Kemiri Reutealis Trisperma berada pada cabang paling ujung atau ranting atau pucuk (berbuah terminal), dengan 3 buah cabang pada setiap percabangan (triple branch). Percabangan dapat diperbanyak dengan pemangkasan untuk menghasilkan permukaan tajuk seluas mungkin agar produksi dapat optimal. Dengan sistem percabangan yang demikian, Kemiri Reutealis Trisperma membentuk kanopi seperti payung terkembang, semakin luas permukaan kanopi semakin banyak pucuk. Perkembangan cabang dan luas tajuk sejalan dengan perkembangan umur tanaman, dengan demikian pembentukan tajuk dapat diatur secara terencana. Percabangan dapat mencapai tingkat enam. Mengingat bahwa tanaman ini cenderung menjadi pohon besar, bila digunakan pembiakan vegetatif yang tidak memiliki akar tunjang maka kemungkinan pohon akan mudah tumbang.
Bila tanaman berasal dari biji, pada tahun ke-3 sudah mulai berbunga, walaupun terjadinya buah masih sangat sedikit. Pembuahan mulai banyak pada tahun ke-4, sedangkan bila tanaman berasal dari setek atau secara vegetatif lainnya pembuahan sudah mulai terjadi pada tahun ke-2, dan mulai banyak pada tahun ke-3. Pembuahan Kemiri Reutealis Trisperma terjadi umumnya melalui penyerbukan silang, walaupun ada sebagian yang menyerbuk sendiri. Untuk menjamin produksi mutu bahan tanam yang baik sesuai dengan pohon induknya, maka penyediaan benih dapat dilakukan melalui pembiakan vegetatif. Jalan lain adalah melalui pembangunan kebun induk terisolasi untuk menghasilkan benih komposit (intervarietas). Buah Kemiri Reutealis Trisperma tersusun dalam tandan yang rata-rata setiap tandan terdiri atas empat buah dengan tempurung yang keras yang di dalamnya rata-rata terdapat tiga biji Kemiri Reutealis Trisperma. Biji tersebut terbungkus oleh kulit yang di dalamnya terdapat kernel yang memiliki berat sekitar (70%) dari berat biji. Menurut hasil pengamatan rata-rata setiap 1 kg biji terdiri atas 120 biji.
  •  Proses Produksi Biodiesel
Kernel yang telah dihasilkan dapat langsung diekstrak dengan mesin peras untuk menghasilkan minyak mentah. Menurut hasil percobaan yang dilaksanakan di BALITTRI, rendemen minyak mentah yang dapat diekstrak dapat mencapai tertinggi 59% dan terendah 48%. Produk samping dalam proses ini adalah bungkil kemiri Reutealis Trisperma yang dapat dijadikan briket atau pupuk organik yang lebih dahulu dapat menghasilkan gas methan (biogas).
Untuk menghasikan biodiesel, minyak mentah lebih lanjut diolah melalui proses filterisasi dan transesterifikasi. Rendemen biodiesel dalam proses tersebut mencapai 88-91% dari minyak mentah. Selain biodiesel dalam proses ini juga dihasilkan gliserol, bahan yang dapat digunakan dalam industri kimia. Secara garis besar ada tiga proses transesterifikasi yang bisa ditempuh untuk membuat biodiesel dari minyak mentah yaitu :
    1.proses transesterifikasi dengan penghilangan free fatty acid (FFA) secara fisika.
    2.proses transesterifikasi dengan penghilangan FFA melalui reaksi penyabunan.
    3.proses esterifikasi dan transesterifikasi.
  •  Metode Pendugaan
Pendugaan luas permukaan kanopi didekati dengan pengukuran panjang/lebar tajuk luar dan dalam serta tinggi dari sebuah kerucut terpancung untuk mendekati bentuk seperti penutup payung. Pengukuran menggunakan tape dan laser distance meter. Bila jumlah pucuk per m2 dapat dihitung dengan menggunakan pengamatan langsung maka dapat dihitung jumlah pucuk pada satu pohon dengan umur tertentu. Dengan menduga jumlah pucuk pada tanaman yang umurnya berbeda-beda maka dapat dibuat diagram pencar dan dapat diduga kurva kecenderungan jumlah pucuk pada berbagai umur. Untuk menentukan kurva terbaik dapat dilihat yang paling mendekati karakter perkembangan pucuk dan memiliki koefisien determinasi yang tinggi (lebih dari 95%).

Berdasarkan atas jumlah pucuk pada serangkaian waktu produktif pohon Kemiri Reutealis Trisperma (tahun 4-25) dapat ditentukan jumlah tandan buah dengan menentukan persen jumlah tandan dari jumlah pucuk yang ada. Dengan jumlah tandan yang telah diketahui tersebut dapat dihitung jumlah buah melalui pengamatan rata-rata jumlah buah per tandan. Melalui pengamatan jumlah biji per buah dapat ditentukan jumlah biji total. Berat biji dapat diketahui dengan menghitung jumlah biji per kg. Karena biji Kemiri Reutealis Trisperma dikupas untuk mendapatkan kernelnya, maka berat kernel dapat dihitung dengan diketahuinya persen berat kernel dari berat biji. Dalam proses ekstraksi biji Kemiri Reutealis Trisperma menjadi minyak mentah digunakan mesin pres. Berdasarkan atas rendemen hasil percobaan dapat ditentukan berat minyak mentah Kemiri Reutealis Trisperma. Berdasarkan percobaan rendemen biodiesel dapat dihitung berat biodiesel yang dapat dihasilkan dari proses filterisasi dan esterifikasi, yang kemudian dikonversi menjadi volume biodiesel berdasarkan massa jenis biodiesel hasil percobaan.

 HASIL DAN PEMBAHASAN
  •  Luas Permukaan Kanopi dan Jumlah Pucuk
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa ranting pohon Kemiri Reutealis Trisperma (pucuk) berkembang sejalan dengan umur tanaman. Semakin banyak pucuk yang terbentuk semakin luas permukaan kanopi. Seperti dikemukakan dalam metodologi bahwa pendugaan luas permukaan yang didekati dengan kerucut terpancung dan pengukuran kepadatan pucuk per m2 pada setiap umur tanaman yang kemudian dapat dihitung jumlah pucuk untuk setiap pohon. Terlihat bahwa jumlah pucuk yang berkembang terus sampai umur 25 tahun, dan diperkirakan masih terus dapat berkembang.
Berdasarkan pengamatan jumlah pucuk tersebut dapat diduga sebuah fungsi polinomial, jumlah pucuk sebagai fungsi dari umur tanaman. Hasilnya menunjukkan bahwa fungsi polinomial berpangkat dua memiliki koefisien determinasi yang tinggi dan diperkirakan lebih mendekati karakter perkembangan pucuk Kemiri Reutealis Trisperma dibandingkan dengan fungsi berpangkat tiga, walaupun koefisien determinasi sedikit lebih tinggi tetapi pada tahun ke-20 fungsi sudah menurun. Dengan demikian untuk menduga perkembangan jumlah pucuk digunakan fungsi polinomial berpangkat dua.
Seperti terlihat pada fungsi tersebut bahwa pada umur 25 tahun fungsi masih terus meningkat yang berarti bahwa produksi masih mampu terus meningkat. Berdasarkan pengamatan lapangan bila pohon hidup secara individu perkembangan tajuk secara horizontal terlihat terus meluas dan pembesaran terus terjadi hingga diameter batang lebih dari satu meter. Sedangkan pada tanaman yang berdampingan dengan tanaman lain tajuk pohon cenderung tidak meluas sebagaimana pohon individual, dan cenderung berkembang vertikal. Jika model persamaan ini akan digunakan untuk menganalisis umur tanaman lebih dari 25 tahun, maka perlu ada modifikasi dengan memberikan pembatas sesuai dengan perkembangan tajuk secara horizontal dengan pertimbangan bahwa ruang antar tanaman tidak mampu untuk menampung perkembangan tajuk lagi pada umur 25 tahun atau lebih.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa perkembangan potensi buah dengan cepat dapat mencapai tingkat yang tinggi. Melalui manajemen penerapan teknologi pemeliharaan yang terus dikembangkan, sebagian besar pucuk dapat dirangsang untuk menghasilkan bunga untuk kemudian menjadi buah yang tersusun dalam tandan. Berdasarkan gambar terlihat bahwa pertumbuhan pucuk pohon baru mengalami perlambatan pada umur lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman ini sangat produktif pada masa investasi. Selain itu peremajaan dapat dilaksanakan secara bertahap dimulai dari pohon-pohon yang sudah mulai rapuh. Hal ini tentu sangat menguntungkan manajemen karena kontinuitas produksi lebih terjamin.
  •  Produksi Tandan, Buah, Biji, dan Kernel
Tandan buah berada di pucuk pohon. Dengan pemeliharaan yang baik sebagian besar pucuk dapat berbuah dan jumlah buah pada setiap tandan dapat berkembang secara optimal. Dalam buah Kemiri Reutealis Trisperma terdapat dua sampai empat biji dan setiap kg terdiri atas 120 biji kering, sehingga dengan dasar ini dapat diketahui produksi biji. Melalui proyeksi perkembangan pucuk dapat diturunkan secara berantai hingga produksi biji. Sebelum diolah biji kering ini perlu dikupas kulitnya untuk diambil kernelnya.
Hasil proyeksi produksi biji dan kernel ini menunjukkan bahwa produktivitas kemiri Reutealis Trisperma sangat tinggi. Bila proyeksi ini dapat diwujudkan, maka Kemiri Reutealis Trisperma merupakan pohon yang dapat menghasilkan biomas bermanfaat dalam jumlah besar, sehingga selain menghasilkan minyak, kemiri Reutealis Trisperma juga dapat menghasilkan produk samping bahan bakar lainnya yaitu biogas dan briket dari cangkang buah, kulit kernel, bungkil kernel dan tandan buah. Selain itu juga dapat diproses menjadi pupuk organik
  •  Produksi Minyak Mentah dan Biodiesel
Dengan mesin peras ulir, Minyak Mentah kemiri Reutealis Trisperma (MMKRT) dapat diekstrak dari kernelnya. Hasil MMKRT ini lebih lanjut diolah melalui proses transesterifikasi untuk dihasilkan biodiesel kemiri Reutealis Trisperma (BDKRT). Dalam proses itu dihasilkan juga gliserol sebagai produk samping. Gliserol merupakan bahan baku industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi gliserin yang nilainya jauh lebih tinggi. Proses produksi ini dapat dirancang sebagai siklus sehingga menjadi industri yang bersih dengan konsep (zero waste).
Potensi produksi MMKRT ternyata juga sangat tinggi, karena selain produktivitas kernelnya yang tinggi, rendemennya juga tinggi. Selain kuantitas produktivitasnya yang tinggi, hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kualias MMKRT yang dihasilkan juga dapat memenuhi syarat untuk diolah menjadi BDKRT dengan proses produksi yang efektif dan efisien. Kualitas dari BDKRT yang dihasilkan dari proses transesterikasi ternyata juga dapat memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI), hanya perlu untuk diamati lebih lanjut tentang terjadinya penurunan kualitas akibat penundaan penggunaan minimum enam bulan. Gliserol atau gliserin yang dihasilkan sebagai produk samping, beratnya sekitar 12% dari MMKRT yang perlu analisis lebih lanjut kualitasnya.

 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
  •  Kesimpulan
Simulasi produksi biomas kemiri Reutealis Trisperma sebagai bahan baku produksi minyak mentah dan biodiesel menunjukkan potensi produktivitas yang sangat tinggi sehingga memberikan harapan yang optimistik. Gambaran potensi ini masih berdasarkan atas kinerja tanaman yang belum tersentuh pemuliaan dan tidak ada penerapan inovasi pemeliharaan yang berarti Produktivitasnya akan dapat ditingkatkan melalui penelitian pemuliaan sehingga diperoleh tanaman unggul dan diterapkan teknologi sebagai pendukung untuk mendorong pemanfaatan potensi genetik tanaman unggul tersebut.

Kandungan minyak mentah dan biodiesel Kemiri Reutealis Trisperma juga sangat tinggi (rendemen minyak mentah lebih dari 50% dari kernel dan biodiesel 88% dari minyak mentah), jauh melebihi rata-rata produktivitas biodiesel dari tanaman penghasil biodiesel yang lain. Kualitas biodiesel yang dihasilkan juga dapat memenuhi persyaratan SNI. Yang perlu dicermati adalah konsistensi dan stabilitas kualitas biodieselnya bila digunakan setelah tersimpan lebih lama.
 IMPLIKASI KEBIJAKAN
  •  Program penelitian prioritas untuk kemiri Reutealis Trisperma adalah
    1.Evaluasi dan seleksi in situ plasma nutfah kemiri Reutealis Trisperma untuk memperoleh aksesi tanaman terpilih dengan produktivitas yang tinggi dan mutu biodiesel yang memenuhi syarat SNI (2009-2010), untuk selanjutnya dilaksanakan penelitian menuju pelepasan varietas unggul.
    2.Sistem perbanyakan vegetatif kemiri Reutealis Trisperma untuk menghasilkan tanaman dengan perakaran kuat dan karakter produksi yang diinginkan serta ekonomis (2009-2010).
    3.Sistem produksi tanaman yang produktif, ramah lingkungan dan efisien (2010).
  •  Program Pengembangan Prioritas
    1.Untuk menyelamatkan aksesi yang telah terpilih dari seleksi in situ harus segera dikembangkan kebun plasma nuffah di BALITTRI melalui pembiakan vegetatif dari tanaman asalnya.
    2.Pendaftaran kemiri Reutealis Trisperma ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Departemen Pertanian harus segera, untuk menghindari klaim berbagai pihak mengingat tanaman ini memiliki potensi yang sangat tinggi sebagai penghasil biodiesel.
    3.Pengembangan kebun induk untuk menghasilkan benih komposit dapat dilaksanakan untuk percepatan pelepasan varietas.

Biodiesel Dari Minyak Sawit

Berikut ini adalah metode penelitian mengenai Proses Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Sawit berdasarkan penelitian yang dilakukan Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006.
Bahan bakar diesel, selain berasal dari petrokimia juga dapat disintesis dari ester asam lemak yang berasal dari minyak nabati. Bahan bakar dari minyak nabati (biodiesel) dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan, tidak mencemari udara, mudah terbiodegradasi, dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Pada umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-C22. Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang mengandung asam lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.
Transesterifikasi
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengadukSelama proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63°C, campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.
Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.
Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.
Referensi : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. p 3.

Potensi Jarak Pagar sebagai Tanaman Energi di Indonesia

Konsumsi energi global saat ini mencapai sekita 400 EJ pertahun. Konsumsi ini akan terus meningkat hingga tahun tahun mendatang seiring dengan peningkatan populasi penduduk dan serta pertumbuhan ekonomi global. Menurut laporan International Energy Agency (IEA), disampaikan bahwa pada tahun 2025 pertumbuhan enegi akan meningkat hingga 50 persen dari total kebutuhan enegrgi pada saat ini. Peningkatan kebutuhan energi terbesar terjadi banyak di negara berkembang seperti china dan india yang memang sedang memacu produksi industrinya untuk meningkatkan perekonomian. Sebagian besar kebutuhan energi ini di pasok oleh energi fosil yaitu minyak dan batubara. Ketidakstabilan harga minyak hingga mencapai 100 U$ per barel menyebabkan merupakan persoalan yang dihadapi dunia beberapa tahun terakhir ini. Kenaikan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut dikarenakan cadangan energi ini semakin menipis, sehingga ketersediaannya tinggal menunggu waktu.Persoalan lain dari penggunaan energi fosil ini adalah menjadi penyebab perubahan iklim dan pemanasan global. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, dilepaskan ke atmosfir. Keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Perubahan iklim yang terjadi disebabkan oleh gas rumah kaca seperti disebutkan diatas juga methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pada pembakaran biomassa sebenarnya menghasilkan CO2 tetapi karbon dioksida yang di hasilkan akan distabilisasi dengan penyerapan kembali oleh tumbuhan, sehingga tidak ada penimbuan karbon dioksida dalam atmosfer dan keberadaannya terus seimbang.
Sejak era revolusi industri terjadi hingga beberapa dekade terakhir, Temperatur rata-rata bumi meningkat secara tajam. Hal ini disebabkan oleh gas rumah kaca yang keberadaannya menghalangi panas yang keluar dari atmosfer. Peningkatan sebesar 0.3 derajat celcisus menjadi masalah yang sangat krusial. Tahun 1998 merupakan tahun dimana terjadi peningkatan terbesar temperature rata-rata ini. peningkatan ini akan menyebabkan pencairan es di kutub, baik utara maupun selatan sehingga volume lautan meningkat 10 sampai 25 cm, bahkan di prediksi kan tahun 2100 temperatur akan meningkat secara tajam hingga mencapai 6 derajat celcius (Daugherty, E.C, 2001).
Dampak yang terjadi di Indonesisa akibat dari Lonjakan harga minyak dunia adalah berkaitan erat dengan pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang. Bila hal ini terus berlanjut tanpa mempetimbangkan energi alternatif maka akan terjadi permasalahan yang krusial bagi ekonomi bangsa Indonesia.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAH
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah berperan aktif untuk menanggulangi masalah harga minyak yang makin meningkat dan cadangan yang makin menipis. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan biofuel dengan membentu tim nasional pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sebagai upaya untuk mendukung pengembangan bahan bakar nabati dengan menerbitkan blue print dan road map untuk mewujudkan pengembangan BBN tersebut.
Selain itu, pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak. Ditambah dengan penerbitan Instruksi Presiden No 1 tahun 2006 tertanggal 25 januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels), sebagai energi alternatif .
Tabel 1. Potensi energi terbaharukan di Indonesia
Jenis
sumber energi
PotensiKapasitas terpasang
Hidro75,67 GW4200 MW
Mikrohidro712 MW206 MW
Geotermal27 GW 807 MW
Biomassa49.81 GW302.4 MW
Surya4,8 kWh/m2/day6 MW
Angin 3 – 6 m/sec 0,6 MW
Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2004
3. ENERGI TERBAHARUKAN
Indonesia memiliki beberapa sumber energi terbarukan yang berpotensi besar, antara lain energi hidro dan mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan energi angin. Kelebihan energi terbaharukan diatas dibandingkan dengan energi fosil, selain memang sifatnya yang dapat diperbaharui secara terus menerus, juga lebih ramah terhadap lingkungan. Emisi yang dikeluarkan lebih rendah, terutama gas karbondioksida sehingga mampu mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Membudidayakan dan memanfaatkan biomassa menjadi sumber energi atau biasa disebut dengan energi hijau, dapat diperoleh melalui proses yang lebih sederhana dan nilai investasi lebih murah. Hal itulah yang menjadi kelebihan dari energi biomassa bila dibandingan energi terbaharukan diatas. Proses energi biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari untuk merubah energi panas menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Proses pelepasan karbon dioksida terjadi saat pembakaran biomassa, sehingga terjdi keseimbangan jumlah karbon diatmosfer. Sebenarnya manusia telah memanfaatkan enegi biomassa sejak lama sebelum ditemukannya bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara. Secara sederhana, biomassa berupa kayu atau yang lainnya dibakar secara langsung.
Sebagai negara agraris beriklim tropis, Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan bahan baku biomassa yang melimpah. Potensi ini dapat dijadikan dasar sebagai upaya untuk pengembangan energi terbaharukan dari biomassa.
4. JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS)
Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) atau juga disebut juga physic nut merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, saat zaman penjajahan jepang. Minyak jarak pagar dipergunakan sebagai bahan pelumas dan bahan bakar pesawat terbang. Sesuai dengan namanya, tanaman ini memang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta sebagai obat tradisional, disamping sebagai bahan bakar dan minyak peluas. Perkembangan jarak pagar sangat luas, awalnya dari amerika tengah, kemudian menyebar ke Afrika dan Asia. Luasnya perkembangan jarak pagar disebabkan oleh kemudahan dalam pertumbuhannya. Menurut Hambali. E, dkk (2007), Jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran rendah sampai dataran tinggi, curah hujan yang rendah maupun tinggi (300 – 2.380 ml/tahun), rentang suhu 20 – 26 oC. Karena sifat tersebut tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis .
Gambar 1. buah , biji dan bungkil jarak pagar
Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan inti biji. Inti merupakan sumber bagian yang menghasilkan minyak sebagai bahan bakar biodiesel dengan proses awal ekstraksi. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji baik cangkang maupun buah berkisar 25-35 % berat kering biji Prihandana, R(2007), jarak pagar mampu menghasilkan 7,5 – 10 ton /ha/tahun tergantung dari kualitas benih, agroklimat, tingkat kesuburan tanah dan pemeliharaan, (Hambali. E, 2007). Sebagai perhitungan kasar produksi minyak jarak mentah, cruide jatropha oil (CJO), dari 25 % /biji kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 1,875 – 2,5 ton minyak /ha/tahun
Proses ekstraksi jarak pagar menjadi minyak dilakukan secara mekanik menggunakan mesin press, baik sederhana dengan skala kecil maupun skala produksi industri. Jenis alat pres dibedakan menjadi dua macam yaitu press hidrolik dan press ulir masing masing memiliki kelemahan dan keungulan masing masing, biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi minyak. Setelah biji jarak di keringkan dan disortir berdasarkan kualitas, biji jarak pagar dimasukan kedalam mesin press mekanik. Hasil pengepresan diperoleh minyak mentah atau cruide jatropha oil (CJO) dan bungkil berupa sisa ampas. Untuk memurnikan Cruide jatropha oil (CJO) selanjutnya dilakukan penyaringan dan diperoleh limbah berupa sludge. Minyak jarak pagar mentah ini bias dijadikan bahan bakar pengganti minyak tanah. Pemakaiannya dapat diterapkan langsung pada kompor modifikasi atau dicampur dengan minyak tanah. Untuk memperoleh bahan bakar biodiesel, minyak mentah hasil penyaringan dilakukan proses transesterifikasi dan esterifikasi. Proses transesterifikasi adalah proses penurunan kandungan asam lemak bebas. Bila kadar lemak bebas terlalu tinggi maka perlu dilakukan proses esterifikasi terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan proses transesterifikasi.
5. KONVERSI JARAK PAGAR
Jarak pagar seperti disebutkan diatas merupakan potensi yang sangat besar dari proyeksi strategis pemerintah. Konversi jarak pagar kedalam energi terbaharukan akan menghasilkan produk berupa bahan bakar padat, cair dan gas. Masing-masing produk diambil dari bagian jarak pagar yaitu cangkang dan limbah untuk bahan bakar padat. inti biji untuk cair dengan pemerasan, sedangkan gas melalui proses anaerobic digestion ketiganya ditambah dengan daging buah dan menghasilkan gas methane.
a. Bahan bakar cair (liquid biofuels)
Bahan bakar cair merupakan produk utama dari jarak pagar yang terdiri dari cruide jatropha oil (CJO), minyak jarak murni atau pure plant oil (PPO)dan biodiesel. Untuk menghasilkan beberapa bahan bakar diatas dibutuhkan inti biji dari jarak pagar. Beberapa industri pengolahan bahan bakar cair mengikutkan cangkang inti biji untuk proses, sehingga tidak diperlukan proses pengelupasan cangkang dari inti buah.
Ekstraksi minyak jarak dari inti buah atau inti buah dan cangkang dilakukan dengan menggunakan alat pengepresan bisa menggunakan press tipe hidrolik (hydraulic pressing) maupun press tipe ulir (expeller pressing). Masing masing jenis press memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti kapasitas, jumlah rendeman dan inti buah murni atau campuran. Inti buah jarak yang telah kering dimasukan kedalam mesin press, produknya berupa minyak cair dan membutuhkan penyaringan untuk menghilangkan sludge dari hasil ekstraksi. Hasil dari press dan penyaringan berupa minyak mentah jarak pagar atau CJO (cruide jatropha oil). Minyak CJO dapat diaplikasikan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah,. Dapat di bakar langsung dengan spesifikasi kompor tertentu atau dicampur dengan minyak tanah untuk menurunkan viskositasnya.
Gambar 1. Proses pengolahan jarak pagar menjadi bahan bakar cair.
Melalui proses pemurnian dengan menggunakan esterifikasi dan transesteriikasi akan dihasilkan bahan bakar cair berupa biodiesel. Sedangkan melalalui proses deasifikasi atau penetralan akan dihasilkan minyak jarak murni atau pure plant oil (PPO). Produk pendamping dari proses ini adalah bungkil dan sludge yang akan diproses kembali menjadi bahan bakar padat ataupun gas.
b. Bahan bakar padat (solid biofuels)
Dalam bagian biji jarak pagar yang terdiri dari inti biji dan cangkang memiliki kandungan minyak 25 – 35 % sehingga masih menyisakan bagian limbah yaitu sludge dan bungkil sebesar 75 – 65 %. Limbah tersebut dapat diproses menjadi bahan bakar pada dengan proses densifikasi, baik karbonisasi maupun non-karbonisasi. Pada proses karbonisasi, sebelum limbah diproses densifikasi, dimasukan kedalam reaktor karbonisasi untuk menghilangkan moisture (kandungan air), volatile mater (zat terbang) serta tar. Sedangkan proses non-karbonisai limbah hasil proses ekstraksi langsung dilakukan densifikasi dibentuk briket menggunakan alat press tipe hidrolik maupun ulir.Hasil densifikasi berupa briket yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat. Briket langsung dibakar kedalam tungku atau kompor .
Gambar 2. Proses pengolahan jarak pagar menjadi bahan bakar padat
c. Bahan bakar gas (anerobic digestion)
Proses anaerobic igestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk berupa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses anaerobik ini adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik kering memiliki kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah memiliki kandungan biomassa kurang dari 15 % (Sing dan Misra, 2005).
Limbah jarak pagar, bungkil dan sludge selain dapat dijadikan bahan bakar padat dengan densification seperti diatas, juga dapat di konversi kedalam bahan bakar gas melalui proses anaerobic digestion. Selain itu, daging buah jarak pagar dapat juga dimasukan kedalam digester untuk menghasilkan biogas.
5. KESIMPULAN
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Jarak pagar sebagai tanaman penghasil energi yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi areal merupakan potensi besar untuk dijadikan sebagai tanaman penghasil energi.
Semua potensi tersebut tidak bernilai tanpa adanya dukungan dan political will dari pemerintah serta masyarakat luas. Pembentukan tim nasional pengembangan bahan bakar nabati (BBN) dengan menerbitkan blue print dan road map bidang energi untuk mewujudkan pengembangan BBN merupakan langkah yang strategis sehingga dapat dicapai kemandirian energi melalui pengembangan jarak pagar. Peran serta masyarakat akan sangat membantu dalam pengimplemetasian pengembangan tanaman penghasil bioenergi tersebut, sehingga pada akhirnya bangsa ini mampu keluar dari krisis energi dengan pasokan energi bahan bakar nabati yang berkelanjutan
6. DAFTAR PUSTAKA
Singh, R.K and Misra, 2005, Biofels from Biomass, Department of Chemical Engineering National Institue of Technology, Rourkela
Presiden Republik Indonesia, 2006, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional, Jakarta
Prihandana, R. dkk, 2007, Meraup Untung dari Jarak Pagar, Jakarta , P.T Agromedia Pustaka
Tim Nasional Pengembangan BBN, 2007, BBN, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak Bumi dan Gas, Jakarta, Penerbit Swadaya.
Sudrajat, 2006, Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar, Jakarta, Penerbit Swadaya.
Moreira, J.R, Global Biomass Energy Potentioal, Brazilian Reference Center on Biomass, Brazil
Daugherty E.C, 2001, Biomass Energy Systems Efficiency:Analyzed through a Life Cycle Assessment, Lund Univesity.
Instruksi Presiden, Instruksi Preiden No 1 tahun 2006 tertanggal 25 januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuels), sebagai energi alternative, Jakarta
Hambali E, dkk, 2007, Teknologi Bioenergi, Agromedia, jakarta
Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2004, Potensi energi terbaharukan di Indonesia, Jakarta

Makalah Minyak jarak sebagai biodisel

- See more at: http://boyvirgojogja.blogspot.com/2013/05/makalah-minyak-jarak-sebagai-biodisel.html#sthash.A7PgR9Dn.dpuf
     meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia
     Angka setan (cetane number) dan flash point yang tinggi
     Meningkatkan pengapian dan daya tahan mesin

2.4 Cara pengolahan biji jarak menjadi biodiesel

Dalam proses pengolahan biji jarak menjadi biodiesel, dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Proses Pembuatan Crude Jatropha Oil (CJO)
Biji jarak dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci secara manual atau masinal (dengan mesin).  Biji direndam sekitar 5 menit di dalam air mendidih, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. - Biji dikeringkan dengan menggunakan alat pengering atau dijemur di bawah matahari sampai cukup kering, kemudian biji tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah untuk memisahkan daging biji dari kulit bijinya. - Daging biji yang telah terpisah dari kulitnya, digiling dan siap untuk dipres. Lama tenggang waktu dari penggilingan ke pengepresan diupayakan sesingkat mungkin untuk menghindari oksidasi. - Proses pengepresan biasanya meninggalkan ampas yang masih mengandung 7 – 10 % minyak. Oleh sebab itu, ampas dari proses pengepresan dilakukan proses ekstraksi pelarut, sehingga ampasnya hanya mengandung minyak kurang dari 0,1% dari berat keringnya. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut n – heksan dengan rentang didih 60 – 70 0C. Tahap ini menghasilkan Crude Jatropha Oil (CJO), yang selanjutnya akan diproses menjadi Jatropha Oil (JO).


2. Proses Pembuatan Biodiesel

a.    Reaksi Esterifikasi
CJO mempunyai komponen utama berupa trigliserida dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu reaksi pembuatan biodiesel (reaksi transesterifikasi). Penghilangan asam lemak bebas ini dapat dilakukan melalui reaksi esterifikasi. Secara umum reaksi esterifikasi adalah sebagai berikut : (Klik di sini) Pada reaksi ini asam lemak bebas direaksikan dengan metanol menjadi biodiesel sehingga tidak mengurangi perolehan biodiesel. Tahap ini menghasilkan Jatropa Oil (JO) yang sudah tidak mengandung asam lemak bebas, sehingga dapat dikonversi menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi.
b.    Reaksi Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi utama dalam pembuatan biodiesel. Pada reaksi ini, trigliserida (minyak) bereaksi dengan metanol dalam katalis basa untuk menghasilkan biodiesel dan gliserol (gliserin). Sampai tahap ini, pembuatan biodiesel telah selesai dan dapat digunakan sebagai bahan bakar yang mengurangi pemakaian solar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah menyimak uraian diatas,terungkaplah bahwa jarak pagar itu ternyata mempunyai manfaat dan nilai ekonomis yang luar biasa. Selain dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diare, kadas dan lain sebagainya, jarak juga dapat diolah menjadi biodiesel.

3.2 Saran

     Sebaiknya untuk masyarakat, khususnya pengendara bermotor untuk tidak bersikap konsumtif terhadap pemakaian bahan bakar fosil yang ketersediaannya sudah sangat terbatas.

     masyarakat seharusnya mulai memikirkan alternatif lain sebagai pengganti bahan bakar fosil.

     Masyarakat sebaiknya lebih memilih bahan bakar yang ramah lingkungan seperti biodiesel

     Para petani sebaiknya dapat mebudidayakan tanaman jarak di lahannya karena dari tanaman jarak memiliki nilai ekonomis yang tinggi

     Pemerintah sebaiknya mengurangi kegiatan import bahan bakar fosil dari luar dan memberi penyuluhan kepada para masyarakat terutama para petani tentang manfaat jarak pagar

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indobiofuel.com/biodiesel utama.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Jarak_pagar
http://www.blue.co.id/Biodiesel.htm
http://41kotak.blogspot.com/2010/12/proses-pembuatan-biodiesel-dari-tanaman.html
http://www.anneahira.com/manfaat-buah-jarak.htm
- See more at: http://boyvirgojogja.blogspot.com/2013/05/makalah-minyak-jarak-sebagai-biodisel.html#sthash.A7PgR9Dn.dpuf
- See more at: http://boyvirgojogja.blogspot.com/2013/05/makalah-minyak-jarak-sebagai-biodisel.html#sthash.A7PgR9Dn.dpuf

BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

BIO DIESEL DARI MINYAK JELANTAH


Ini adalah bagaimana kita membuat Bio Diesel ( BBM Solar ) dari bahan baku Minyak Jelantah atau Minyak Goreng Bekas. Yang anda butuhkan sedikit bahan kimia dan beberapa alat yang mudah dibeli atau dibuat. Hasilnya Bio Diesel ( BBM Solar ) yang murah, bersih hasil pembakarannya, tidak beracun, dapat dipebahaui, bahan bakar motor diesel berkwalitas tinggi yang dapat anda gunakan sebagai bahan bakar mobil disel anda tampa ada modifikasi.
PERHATIAN

Pakai pelindung sarung tangan yang baik, pakaian kerja dan pelindung mata dan jangan menghirup sedikitpun uapnya. Methanol dapat menyebabkan kebutaan dan kematian, dan bahkan anda jangan sampai meminumnya, dan bisa terserap melalui kulit. Sodium Hydroxide dapat menyebabkan kulit terbakar yang parah dan kematian.


PEMBUATAN BIODIESEL.

Bahan – bahan,

Campuran.
Minyak Jelantah ( Minyak Goreng Bekas )
Methanol (CH3OH) ; kemurnian 99%.
Sodium Hydroxide (NaOH) ( Caustic Soda, Soda api, Ley ) harus bebas air.

Titrasi.
Isopropyl Alcohol (alcohol gosok) ; kemurnian 99%
Air distilasi
Larutan Phenolphtalein ( berumur tidak lebih dari 1 tahun, terlindung dari sinar matahari)

Pencucian.
Vinegar (asam asetat, cuka)
Air.

Prosedur.

Saring minyak jelantah untuk membuang sisa-sisa makanan dan partikel padat.
Panaskan Minyak Jelantah untuk menghilangkan sedikit air yang ada ( bila perlu )
Lakukan titrasi untuk menentukan berapa banyak katalisator yang dibutuhkan.
Siapkan Sodium Methoxide.
Panaskan Minyak Jelantah, campurkan kedalamnya Sodium Methoxide sambil diaduk.
Biarkan memisah, untuk memisahkan glycerine.
Cuci dan keringkan
Test kwalitas.
Prosedur ini disebut Transesterifikasi, sama dengan saponifikasi ( pembuatan sabun ). Untuk membuat sabun Anda melaksanakan transfatty acid atau triglyceride ( Minyak nabati ) dan dicampur dengan larutan Sodium Hydroxide (NaOH -- caustic soda, lye) dan air. Reaksi ini menyebabkan rantai ester terpisah dari glycerine. Rantai ester ini yang menjadi sabun. Itu juga disebut lipids. Karatistik yang unik ini untuk molekul polar seperti air dalam satu sisi dan molekul non-polar seperti minyak disisi lainnya menyebabkan sangat efektif sebagai sabun.

Dalam Transesterifikasi, ley dan methanol dicampur menghasilkan sodium methoxide (Na+CH3O-). Ketika dicampur dengan Minyak Jelantah ini bahan kimia dengan ikatan polar yang kuat memecahkan transfatty acid menjadi glycerine dan juga rantai ester ( biodiesel), dengan sedikit sabun jika anda tidak hati-hati(penjelasan nantinya). Ester menjadi methyl ester karena direaksikan dengan methanol. Menjadi ethyl ester jika direaksikan denga alcohol (ethanol).

Gambar 1 – 3 menggambarkan kedua reaksi ini. Garis Zig-zag dalam digram triglyceride (Gambar 1) adalah gambar singkat dari rantai karbon. Pada kedua garis akhir segmen adalah atom karbon.




Gambar 1.

Gambar 2 dan 3 garis pendek zig-zag ini adalah R1, 2 dan 3.



Gambar 2.

Penyaringan.

Saring Minyak Jelantah untuk menghilangkan partikel sisa makanan. Anda bisa memanaskan sedikit agar lebih mudah nengalir, cukup sampai 35 derajat Celsius. Gunakan kain katun tipis dobel dalam corong, atau saringan kopi di reatauran, kantin dan rumah.

Menghilangkan air.

Banyak orang pertama-tama memanaskan Minyak Jelantah untuk menghilangkan kandungan air, yang menyebabkan reaksi berjalan lambat dan menyebakan saponifikasi (pembentukan sabun). Mangkin sedikit kandungan air makin baik.

Ini bagaimana mereka mengerjakannya. Naikan suhu sampai 100 derajat Celsius, tahan pada suhu ini dan biarkan sedikit air yang ada mendidih. Gunakan pengaduk untuk menghindari terbentuknya gelembung uap air dbawah minyak dan akan terjadi peledakan, minyak panas akan menciprat keluar kontener. Atau keluarkan air yang terbentuk dibawah melalui kran. Anda dapat mengamankan sedikit minyak yang keluar dengan air nantinya.

Ketika pendidihan melambat, naikan suhu sampai 130 derajat Celsius selama 10 menit. Hentikan pemanasan dan biarkan mendingin.

Anda akan beruntung dan mendapatkan bahan baku Minyak Jelantah yang teratur tidak harus mendidihkan airnya, dalam kasus ini tidak perlu dikerjakan, mendidihkan berarti menambah extra energi dan waktu. Pokoknya Anda pertama-tama tidak mendidihkan, Anda sebaiknya menghindari step extra ini dan mengurangi energi yang diperlukan. Tetapi bila Anda tidak yakin, lebih baik tetap dilaksanakan.

Titrasi
Untuk menentukan kebutuhan yang ley yang tepat, titrasi terhadap minyak yang akan ditransesterifikasikan. Ini adalah step proses yang paling sulit, yang paling kritis, laksanakan titrasi seteliti mungkin.

Penting : Ley harus kering, jauhkan dari air, simpan dalam kontener kedap udara.

Buat larutan 1 gram ley dalam 1 liter air distilasi. Yakinkan larut sempurna. Sampel ini untuk selanjutnya sebagai referensi dari pencoba untuk proses titrasi. Penting sekali sample ini jangan sampai terkontaminasi, dapat digunakan untuk beberapa kali titrasi.

Campurkan 10 ml. Isopropyl Alcohol dalam kontener kecil dengan 1 ml. sample Minyak Jelantah; Yakinkan betul-betul 1 ml. Sampel titrasi Minyak Jelantah diambil dari tanki reaksi sesudah dipanaskan dan diaduk.

Tambahkan 2 tetes larutan Phenolphtalein indicator asam-basa yang tidak berwarna dalam lingkungan asam dan merah dalam lingkungan basa.

Penting : Phenolphtalein mempunyai waktu hidup untuk 1 tahun, sangat sensitf terurai oleh cahaya, jadi sesudah beberapa waktu akan menyebabkan kesalahan pembacaan.

Menggunakan alat tetes mata ( dengan tanda pertambahan sepersepuluh ml. ) atau alat kalibrasi lainnya ( didapat dari toko alat laboratorium/kesehatan ), sambil dengan hati-hati jumlahnya, teteskan sejumlah yang terukur larutan ley/air, tetes demi tetes per sepuluh ml. kedalam larutan Minyak Jelantah/Isopropyl/ Phenolphtalein

Ikuti setiap tetes sambil larutan diaduk. Dalam udara dingin Minyak Jelantah bisa membeku dan tidak bekertja sehingga Anda memerlukan titrasi dalam ruangan yang dipanaskan. Jika kondisi sudah betul bahkan meskipun larutan sudah berubah warna menjadi pink ( magenta), tetap berwarna pink selama 10 detik. Ini adalah indicator warna untuk pH antara 8 – 9. Penting untuk mendapatkan jumlah yang tepat, saat dicapai pH ini tampa kelebihan tetesan.

Sebaiknya prosedur ini dilaksanakan lebih dari satu kali untuk meyakinkan bahwa jumlah tetes sudah betul. Dari pengalaman hasilnya tergantung dari tipe Minyak Jelantah, suhu waktu penggorengan, apa yang digoreng, berapa lama dan berapa kali digunakan untuk menggoreng, jumlah larutan ley/air dibutuhkan untuk titrasi biasanya antara 1,5 ~ 3 ml. Anda bisa juga menggunakan kertas pH atau digital pH tester selain dengan Phenolphtalein. Coba juga dengan Minyak Goreng yang belum dipakai dari dapur, akan dibutuh lebih sedikit ley untuk mencapai pH 8 – 9.

Perhitungan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah ley yang dibutuhkan dalam reaksi. Ambil jumlah ml. dihasilkan dari titrasi dan kalikan dengan jumlah liter dari Minyak Jelantah yang akan di transesterifikasikan.
Ada perhitungan lainnya yang harus diikutkan. Setiap liter Minyak Goreng yang bersih ( segar, belum digunakan untuk menggoreng) membutuhka 3,5 gram ley yang diperlukan untuk reaksi. Jadi setiap liter Minyak Jelantah yang ditransesterifikasi ditambah dengan tambahan 3,5 gram ley.

Contoh : Titrasi dengan hasil 2,4 ml. untuk mencapai pH 8 – 9 dan Anda akan mentransesterifikasi 150 liter Minyak Jelantah.

2,4 gram kali 150 liter sama dengan 360 gram ley.

Ditambah dengan 3,5 gram kali 150 liter sama dengan 525 gram ley.

Jadi dibutuhkan 360 gram + 525 gram sama dengan 885 gram ley.

Dari pengalaman berat ley yang dibutuhkan per liter Minyak Jelantah antara 6 – 7 gram.

Batch test.

Pertama kali Anda melaksanakan proses ini atau Anda merencanakan transestrifikasi dengan sedikit Minyak Jelantah, ada baiknya dengan cara yang praktis dan baik, untuk percobaan pertama kalinya, menggunakan blender dapur ukuran 1 liter per batch. Pekerjaan ini cukup baik dan anda tidak memerlukan pemanasan Minyak Jelamtah terlalu tinggi, cukup dengan menjalankan putaran blender. Putaran blender sangat baik mencampur bahan sehingga pemanasan bukan masalah yang kritis.

Dimulai dengan mencampur ley dan methanol dalam blender (selanjutnya blender jangan digunakan lagi untuk makanan). Pertama yakinkan dulu bahwa blender dan semua peralatannya yang digunakan dalam keadaan kering. Terbentuknya molekul polar Sodium Methokside exothermal, akan meningkatkan suhu blender sedikit. Biarkan putaran sampai semua ley larut.

Segra setelah Sodium Methokside tersedia, masukan kedalam blender 1 liter Minyak Jelantah. Buat pasti semua volume dan berat dengan akurat. Jika Anda tidak yakin hasil titrasi kemudian gunakan 6 – 6,25 gram ley per liter Minyak Jelantah, atau 3,5 gram untuk Minyak Goreng segar. Blender batch dibutuhkan hanya 15 – 20 untuk dijalankan untuk menyelesaikan pemisahaan sebelum dimatikan. Pengendapan sempurna memerlukan beberapa waktu. Larutan dapat dituangkan dari blender kekontener lainnya sesudah blender dimatikan.

Sangat baik dilaksanakan beberapa batch dengan catatan variasi jumlah, ley jadi kemudian bila hasilnya dichek salah satu dapat dipilih jumlah ley yang menghasilkan terbaik.
Jika terlalu banyak ley digunakan hasilnya akan mendapatkan gel yang menyulitkan. Jika tidak cukup ley yang digunakan reaksi berjalan tidak cukup sempurna jadi beberapa Minyak Jelantah tidak bereaksi akan tercampur dengan biodiesel dan glycerine. Ini akan terbentuk 3 lapisan dengan biodiesel diatas minyak yang tidak bereaksi dengan glycerine dibawah. Jika terlalu banyak air
dalam Minyak Jelantah akan terbentuk sabun diatas lapisan glycerin terbentuk 4 lapisan dalam kontener. Lapisan ini tidak mudah untuk dipisahkan dari Minyak Jelantah yang tidak bereaksi dan dari lapisan glycerin.

Persiapan Sodium Methokside.

Umumnya jumlah methanol yang dibutuhkan adalah 20% dari volume Minyak Jelantah. BD dari kedua cairan ini hamper sama jadi mengukur methanol dengan volume sudah betul. Untuk lebih meyakinkan, ukur setengah liter kedua cairan, timbang, hitung secara tepat apa yang dimaksud 20% dari volume. Perbedaan Minyak Jelantah dapat disebabkan perbedaan BD tergantung tipe asal Minyak dan berapa lama dipakai menggoreng.

Contoh : Ketika mentransesterifikasi 100 liter Minyak Jelantah, gunakan 20 liter methanol.

Larutan methanol dicampur dengan Sodium Hydroxide (lye), menjadi Sodium methoxide dengan reaksi exothermic ( menjadi panas dari terbentuknya ikatan ). Usahakan bagian yang kontak sekering mugkin.

Perhatian :
Tangani Sodium Methoxide dengan sangat hati-hati! Jangan sampai menghirup uapnya! Jika kulit anda terciprat sedikit Sodium Methoxide, akan membakar anda tampa merasakannya (membunuh syaraf); cuci segra dengan pancuran air. Selalu mempunyai pancuran air yang siap dipakai ketika bekerja dengan Sodium Methoxide.

Sodium Methoxide sangat korosif terhadap cat. Ley bereaksi dengan alumunium, timah dan seng. Gunakan gelas, kontener enamel atau stainless steel (yang terbaik). Cari toko penjual peralatan restaurant dan lapangan skrap metal recycling, adalah dua tempat untuk dilihat untuk mencari tipe peralatan ini. Bronz untuk kran pipa untuk drainage, dll dibutuhkan.

Pemanasan dan Pencampuran.

Mula-mula panaskan Minyak Jelantah dari restaurant atau dari dapur sampai 48 – 54 derajat Celcius.

Alat bor listrik ukuran1/2” yang dilengkapi baling-baling atau pengaduk cat yang terpasang di jig sebagai pengaduk yang baik.

Terlalu bamyak pengadukan menyebabkan muncrat dan gelembung melalui pusaran cairan dan mengurangi efisiesi pengadukan. Dipermukaan terbentuk pusaran cairan. Sesuaikan kecepatan, atau bentuk baling-baling, atau ukuran pengaduk sehingga efek yang terbaik.

Jika Anda menginginkan proses tampa suara, pipa pompa listrik pemegang pengaduk Minyak Jelantah menyebabkan pekerjaan lebih baik. Pasang pompa diatas lapisan yang glecerine membentuk gel untuk mencegah pompa tersumbat.

Sambil Minyak Jelantah diaduk tambahkan larutan Sodium Methoxide, aduk campuran selama 50 menit sampai 1 jam. Sering reaksi selesai dalam waktu 30 menit, tetapi makin lama makin baik.

Proses transesterifikasi memisahkan methyl ester dari glycerine. CH3O dari methanol menangkap rantai ester dan OH dari NaOH (ley) menstabilkan glycerin.

Pengendapan dan Pemisahaan.

Biarkan larutan memisah dan mendingin selama paling sedikit 8 jam, lebih lama lebih baik. Methyl ester (biodiesel) akan terapung diatas sementara glycerine yang lebih berat akan mengental dibawah kontener membentuk masa gelatin yang keras (pompa pengaduk harus diletakan diatas lapisan ini). Cara lainnya adalah membiarkan reaktan selama 1 jam setelah pencampuran sambil menahan suhu diatas 38 derajat Celcius, yang menahan glycerin cairan encer (glycerine membeku pada 38 derajat Celcius). Dan dengan hat-hati biodiesel didekantir.

Bisa juga dilaksanakan dengan mengeluarkan rektan dari bawah container melalui pipa transparan. Cairan encer glycerine berwarna coklat tua, biodiesel berwarna seperti madu. Amati aliran melalui pipa penglihatan: bila warna muda biodiesel terlihat pindahkan kekontener lainnya. Jika sedikit biodiesel ikut dengan glycerine, itu mudah diselesaikan nantinya setelah glycerin membeku.

Jika Anda menyimpan dalam tanki sampai glycerine membentuk gel, panaskan tanki sampai glycerine mencair lagi. Jangan diaduk. Dan kemudian dekanter seperti diatas.

Gambar 4 menunujukan contoh sistim untuk memisahkan dua cairan yang berbeda Berat Jenisnya. Ini dapat membuat penyaringan pertama yang baik atau dapat digunakan untuk memisahkan minyak, sabun san glycerine/grup ester. Sistim pembersih bahan bakar minyak untuk kapal/kelautan juga baik untuk penyaringan.

Gambar 4.
Gambar 5 memperlihatkan tanki reaksi (#1) dimana Minyak Jelantah dicampur (dapat juga dilaksanakan dengan pompa) dan pemanasan. Pemanasan yang baik bisa dilaksanakan dengan plat pemanas listrik (#2), gas elpiji, atau tungku diesel.

Gambar 5.

Dalam Gambar 6 alternatif lain menggunakan listrik kecil. Sistim ini akan menggunakan tungku api pengembalian ester untuk memanasi tangki reaksi. Aksi pengadukan dikreasi dengan dihasilkan dengan aliran inverse panas pipa pendingin tangki dengan pipa pendingin luar tanki dan pengeluaran lubang angin yang mengalir melalui tengah.

Gambar 6

Gambar 5 juga menunjukan penggunakan blender (#3) untuk mencampur sodium methoxide. Ketika membuat 16 liter per batch Anda menggunakan blender yard-sale glas untuk larutan sodium methoxide (jangan digunakan untuk yang lainnya), Saya tidak bisa memastikan semuanya sekali gus, jadi saya sudah mengukur ketiga bagian pemisahan.

Glecerine.

Glycerine dari Minyak Jelantah berwarna coklat dan biasanya berubah menjadi padat dibawah 38 derajat Celcius. Glycerine dari Minyak goreng segar sering masih cair pada suhu lebih rendah.

Crude glycerine dapat dimurnikan dengan membiarkan sisa methanol menguap selama 3 minggu atau memanaskannya sampai 66 derajat Celcius untuk mendidihkan sisa methanol (titik didih methanol 64,7 derajat Celcius. Kelebihan methanol diambil lagi unutk digunakan lagi jika Anda mendingikna uapnya dengan kondensor.

Cara lain untuk memurnikan glycerine, yang lebih sulit, yang akan memisahkan komponen lainnya, sebagian besar methanol, glycerine murni (produk untuk farmasi, pewarna, pewangi tangan, pengeringan tanaman dan penggunaanlainnya) dan lilin. Ini lebih sempurna denga mendistilasinya, tetapi glycerine titk didih yang tinggi meskipun dengan vakum tinggi jadi cara masih sulit.

Residu sabun.

Dalam biodiesel akan juga mengandung sedikit residu sabun. Ini hasil dari ion Na+ dari Sodium Hydroxide (NaOH) bereaksi dengan air dibentuk ketika ikatan methanol dengan rantai ester sepanjang air sedikit lainnya terdapat dalam Minyak Jelantah.

Jika reaksi menghasilkan lebih dari jumlah sabun biasanya, ini terjadi ketika ley kontak lebih dahulu dengan air sebelum ada kesempatan methanol bereaksi dengan minyak Jelantah --- dalam kasus ini kelebihan air harus didihkan dulu --- (lihat langkah 2 diatas.

Bagian proses yang terpenting adalah membuang semua air dari reaksi ketika membuat sodium methoxide. Usahakan blender dan peralatannya yang nantinya kontak dengan ley sekering mungkin. Kesempatan pemisahan ester yang bersih dan baik dari glycerine dengan sedikit hasil samping sabun lebih baik pada musim panas dari pada musim dingin.

Pencucian dan pengeringan.

Ada banyak pemikiran dari langkah ini ke tanki penyimpan biodiesel. Salah satu membiarkan biodiesel selama seminggu, sehingga sebagian besar residu sabun sebelum membawa biodiesel melalui sistim penyaringan kemudian masuk kedalam tanki bahan bakar mobil/rumah.

Cara lain adalah mencuci sabun dari biodiesel dengan air, satu atau beberapa kali. Ketika pertama kali biodiesel dicuci, adalah lebih baik ditambahkan sedikit asam asetat (vinegar) sebelum ditambahkan air. Asam asetat menyebabkan larutan biodiesel mencapai pH mendekati netral karena netral dan mencegah sedikit ley kedalam biodiesel.

Gambar 7 memperlihatkan cara sederhana untuk mencuci tipe kontener pvc yang transparan dengan kran 3 – 4 inch dibawahnya. Untuk 5 gallon per batch gunakan ember 5 – 7 gallon terdapat dimana-mana saat ini. Jika kontener transparan dengan pipa gelas dipasang diluarnya bisa dipakai (#6).


Gambar 7.

Isi dengan air sampai setengah antara dasar kontener dan kran, kemudian isi dengan biodiesel yang hendak dicuci. Sesudah diaduk hati-hati ( kerjakan hati-hati jangan sampai sabun diaduk keatas) biarkan mengendap selam 12 – 24 jam, minyak dan air akan terpisah, biodiesel bersih dapat dikeluarkan melalui kran, meninggalakn air sabun yang pekat yang dikeluarkan dari bawah (#5).

Proses ini dilakukan dua atau tiga kali untuk membuang sabun 100%. Pencucian kedua dan ketiga kali cukup dengan air saja. Sesudah pencucian ketiga air sedikit dihilangkan dengan pemanasan ulang biodiesel pelan-pelan ( Gambar 8 ), air dan impurities mengendap dibawah. Hasil achir produk harus menjadi pH 7, priksa dengan kertas lakmus atau dengan pH tester digital.
























Gambar 8.

Air dari pencucian ketiga dapat digunakan untuk pencucian kedua atau ketiga untuk batch berikutnya. Impuritis dapat ditinggalkan untuk batch berikutnya dan diambil ketika sudah terkumpul. Sabun bisa dipekatkan, biodiesel dapat didikanter, yang tertinggal adalah sabun biodegradable yang banyak berguna untuk industri (pembuang lemak dll).

Saya memperoleh beberapa keberhasilan dengan terperangkapnya sodium dalam konsentrasi air dari sabun ini. Jalan saya laksanakan adalah dengan menuangkan kepada sepotong kain linen dan diikuti dengan penyiraman dengan air membuang sodium dari kain.

Transesterifikasi dan pencucian akan menjadi lebih jelas berkali kali dengan membuang sabun yang tertingal dari larutan.

Pemikiran lainnya adalah menurunkan suhu biodiesel perlahan lahan akan diikuti kondensasi sabun dan mengendap lebih cepat. Ketika biodiesel mendingin akan terlihat seolah olah mempercepat pengendapan sisa ley. Dengan waktu pengendapan yang cepat diharapkan biodiesel lebih jernih.

Pencucian dengan gelembubg udara.

Beberapa percobaan mendapatkan hasil yang baik dengan tehnik pencucian gelembung udara. Memerlukan waktu lebih lama, tetapi membutuhkan air lebih sedikit. Sangat efektif, mendapatkan produk bersih dan mengkilat.

Disini apa yang dilakukan. Gelembung berasal dari pompa udara dilalukan melalui batu udara. Untuk instalasi kecil, dapat dibeli di toko aquarium --- ada beberapa ukuran dan harga sekitar $ 10 ~ $ 40. Kadang dilengkapi dengan saringan ---
Tambahkan 30 ml. asam asetat (vinegar) per 100 liter biodiesel dan kemudian air sekitar 50%. Kemudian masukan batu udara.

Batu udara tenggelam didasar tanki. Ketika pompa udra dinyalakan, gelembung udara keatas melalui biodiesel, membawa lapisan air, yang mencuci biodiesel ketika melaluinya. Dipermukaan, gelembung udara pecah, meninggalakan sedikit air yang tenggelam lagi kebawah melalui biodiesel, mencuci lagi.

Jika campuran tetap berkabut setelah beberapa jam, tambahkan sedikit lagi asam asetat.

Pencucian dengan udara selama 12 jam atau lebih sampai 24 jam, dan pisahkan air pencuci, ambil sedikit lilin yang terapung diatas. Ulangi pencucian dengan gelembung udara dua sampai tiga kali, kumpulkan air pencuci kedua dan ketiga untuk pencucian batch berikutnya.

Jka terbentuknya sabun yang keras, mula-mula panaskan campuran biodiesel/sabun sampai 50 derajat Celsius. Tambahkan sedikit vinegar sampai pH dibawah sedikit 7. Aduk sampai satu setengah jam, dinginkan dan lanjutkan dengan pengeringan dengan gelembung seperti diatas.

8. Kwalitas.

Kwalitas produk biodiesel dapat dipriksa dengan penglihatan dan tes pH dengan kertas lakmus atau pH digital tester. Harus netral pH 7. Terlihat seperti minyak goreng segar, dengan warna coklat tembus cahaya, sama dengan sari buah apel.

Jangan sampai ada lapisan film, partikel atu berkabut. Film berasal dari masih adanya sedikit sabun, cuci kembali atau saring dengan filter 5 micron dan lebih halus. Berkabut karena masih adanya sedikit air, panaskan kembali. Partikel bisa apa saja dan menunjukan tidak baiknya penyaringan.

Beberapa biodiesel jernih bila dipanaskan, tetapi bila didinginkan kembali apakah tetap jernih? Jika tidak jernih biarkan selama satu sampai dua minggu sampai cukup jernih.

Untuk saringan akhir, dapat digunakan saringan BBM, yang dilengkapi pipa transparan untuk bisa melihat jernih tidaknya biodiesel. Atau ketika biodiesel dimasukan kedalam tanki disaring dulu dengan kain saringan dari linen.

Penting bahwa biodiesel bisa digunakan untuk membersihkan interior dari mobil disel tua. Bila mengganti BBm dengan biodiesel ganti lebih dulu saringan BBM. Baik juga memasang saringan pipa plastk tembus cahaya sebelum saringa BBM, yang kecil, murah. Ini saringan permulaan sebelum sampai saringa BBM di mobil yang mahal bila diganti. Ini memudahkan untuk melihat ketika biodesel mengalir dan melihat kondisi saringan.


Pembatasan.

Biodiesel mempunyai keterbatasan. Pertama-tama problem start mobil pada cuaca dingin. Tergantung dari tipe minyak yang digunakan, sekitar 4 – 5 derajat Celcius mulai membeku. Salah satu pemecahannya dengan mencampur dengan BBM Bumi. Atau coba dengan Racor atau Diesel-Therm pemanas BBM dengan listrik. Pemanas garasi juga bisa dipakai. Antigelling bisa dipakai hanya beracun.

Bagian dari sistim BBM terbuat dari karet lebih cepat kena korosif bila menggunakan 100% biodiesel. Mobil baru tidak menggunakan bagian dari karet. Biodiesel digunakan pada mobil disel tua tidak ada problem.