Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa
bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan
sebagainya. Dengan uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera
ditentukan tanpa memerlukan waktu yang lama.Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang
tercampur. Selain itu, dapat juga digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam
berat, seperti Hg dan Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan,
mengingat karena bahan-bahan tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku,
dan sedian obat. Namun, dapat juga sebagai pencemar yang perlu diketahui
keberadaannya agar dapat diantisipasi bila membahayakan.
Untuk tinjauan analisis kualitatif sistematik, kation-kation
diklasifikasikan dalam ilmu golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu tehadap
beberapa reagensia. Reagen golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum adalah Asam klorida, Hidrogen sulfida, Amonium sulfida, dan Amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagen-reagen ini dengan membentuk endapan atau tidak.
Secara prinsip, zat yang akan diidentifikasi dilarutkan kemudian
ditambahkan pereaksi tertentu yang sesuai, yang akan mengendapkan segolongan
kation sebagai garam yang sukar larut atau hidroksidanya. Pereaksi haruslah
sedemikian rupa sehingga pengendapan kation golongan kation selanjutnya tidak
terganggu atau sebelumnya dapat dengan mudah dihilangkan dari larutan yang
hendak dianalisis.
Untuk identifikasi senyawa organik, pada umumnya didasarkan atas
kelarutannya dalam air. Jika senyawa tidak larut dalam air, maka harus
dilakukan destruksi. Cara destruksi tergantung dari senyawa yang hendak
dianalisis dan ditentukan dengan bantuan percobaan pendahuluan. Prinsip
destruksi ini terdiri dari pelelehan campuran senyawa yang sukar
larut dalam pereaksi yang sesuai dalam jumlah yang berlebih. Akibatnya reaksi
akan digeser sempurna ke arah reaksi.
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada
perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation
diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut
terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990).
Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas,
yaitu:
Kation
golongan I membentuk klorida, yang tidak larut. Namun, Timbal klorida sedikit
larut dalam air, dan karena itu timbal tidak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan dengan HCl encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa
itu, diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama
golongan II.
Endapan Perak klorida dalam bentuk dadih susu atau gumpalan sebagai hasil
koagulasi bahan koloidal. Endapan dapat dengan mudah disaring atau dicuci
dengan air yang mengandung sedikit asam nitrat. Asamnya mencegah peptisasi
endapan dan teruapkan apabila endapan dikeringkan.
Reaksi identifkasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik
untuk golongan tertentu.
Kation untuk golongan II adalah Hidrogen
sulfida yang hasilnya adalah endapan-endapan berbagai warna. Kation-kation
golongan II dibagi atas dua subgolongan, yaitu subgolongan Tembaga dan Arsenik.
Subgolongan Tembaga terdiri dari Hydrargium (II), Plumbum (II), Bismut (III),
Cuprum (III), dan Capmium (II). Subgolongan Arsenik terdiri dari Arsen (III),
Arsen (V), Stibium (III), Stannum (II), dan Stannum (IV).
Kation golongan III terdiri dari Besi (III), Aluminium, Kromium (III) dan
(IV), Nikel, Kobalt, Mangan (II) dan (VII), dan Zink.
Logam-logam ini diendapkan oleh reagen golongan untuk golongan I dan II,
tetapi semuanya diendapkan. Dengan adanya Amonium klorida oleh Hidrogen sulfida
dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan Amonia. Logam-logam ini
diendapkan sebagai sulfida, kecuali Amonium dan Kromin, yang diendapkan sebagai
hidroksida oleh larutan Amonia dengan adanya Amonium klorida. Sedang
logam-logam lain ini tetap berada dalam larutan dan dapat diendapkan sebagai
sulfida oleh Hidrogen sulfida.
Kation golongan IV terdiri dari Barium, Stronsium, dan Kalsium. Kation
golongan ini tidak bereaksi dengan Asam klorida, Hidrogen sulfida, ataupun
Amonium sulfida; tetapi Amonium karbonat membentuk endapan-endapan putih. membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium
klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation golongan V terdiri dari Magnesium, Natrium, Kalium, dan Amonium.
Kation-kation golongan V tidak bereaksi dengan Asam klorida, Hidrogen sulfida,
Amonium sulfida, dan Amonium karbonat. Reaksi-reaksi khusus atau uji-uji nyala
dapat dipakai untuk mengidentifikasi ion-ion ini. disebut juga
golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium,
natrium, kalium, dan ammonium
2.
Pereaksi
golongan, pemisahan dan penetapan kation. Kation digolongkan dalam 5 golongan :
a.
Golongan I
terdiri dari : Ag, Pb, Hg.
b.
Golongan II
terdiri dari : Hg, Pb, Bi, Cu, Cd, As, Sb.
c.
Golongan III
terdiri dari : Al, Cr, Fe, Co, Mn, Zn, Ni
d.
Golongan IV
terdiri dari : Ba, Ca, Sr
e.
Golongan V
terdiri dari : Na, K, Mg, NH4
Identifikasi
kation golongan 4
Barium
(Ba)
Barium
adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara
kering.
1. Barium
bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida.
Barium melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu
ruang, membentuk Barium hidroksida dan hidrogen.
Ba +
2H2O à Ba2+
+ H2 + 2OH-
Asam
encer melarutkan Barium dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen.
Ba +
2H+ à Ba2+
+ H2
Barium
adalah bivalen dalam garam-garam, membentuk kation barium(II), Ba2+.
Klorida dan nitratnya larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat atau
asam nitrat pekat kepada larutan natrium, barium klorida atau nitrat mungkin
mengendap sebagai akibat hukum kegiatan masa.
2. Larutan
amonia : tak terjadi endapan barium hidroksida karena kelarutannya relatif
tinggi. Jika larutan yang basa itu terkena udara luar, sedikit karbondioksida
akan terserap dan terjadi kekeruhan yang ditimbulkan oleh barium karbonat.
Sedikit kekeruhan mungkin terjadi ketika menambahkan reagensia; ini disebabkan
oleh sejumlah kecil amonium karbonat, yang sering terdapat dalam reagensia yang
telah lama.
3. Larutan
amonium karbonat : endapan putih barium karbonat, yang larut dalam asam asetat
dan dalam asam mineral encer.
Ba2+
+ CO32- à BaCO3
¯
Endapan
larut sedikit dalam larutan garam-garam amonia dari asam-asam kuat; ini
disebabkan karena ion amonium, sebagai suatu asam kuat, bereaksi dengan basa,
yaitu ion karbonat, CO32-, dengan mengakibatkan
terbentuknya ion hidrogen karbonat, HCO3-, maka konsentrasi
ion karbonat dari larutan menjadi berkurang.
NH4+
+ CO32- à NH3
+ HCO3-
atau
NH4+
+ BaCO3 ¯ à NH3
+ HCO3-
+ Ba2+
Jika
jumlah endapan barium karbonat sangat kecil, ia bisa larut dengan baik dalam
garam amonium yang berkonsentrasi tinggi.
4. Larutan
amonium oksalat : endapan putih barium oksalat Ba(COO)2, yang hanya
sedikit larut dalam air (0,09 g/liter; Ks = 1,7 x 10-7),
tapi dilarutkan dengan mudah oleh asam asetat encer (perbedaan dari kalsium)
dan oleh asam mineral.
Ba2+
+ (COO)22- « Ba(COO)2
¯
5. Asam
sulfat encer : endapan putih barium sulfat BaSO4 hampir tak larut
dalam asam encer dan dalam larutan amonium sulfat, dan larut cukup baik dalam
asam sulfat pekat mendidih. Dengan mengendapkan dalam larutan yang mendidih,
atau lebih baik lagi dengan menambahkan pula amonium asetat, diperoleh bentuk
yang lebih mudah disaring:
Ba2++
SO42- à BaSO4
¯
BaSO4
¯ + H2SO4
(pekat) à Ba2+
+ 2HSO4-
Jika
barium sulfat dididihkan dengan larutan natrium karbonat pekat, terjadi
transformasi parsial menjadi barium karbonat yang kurang larut, menurut
persamaan :
BaSO4
¯ + CO32-
« BaCO3
¯ + SO42-
Karena
reaksi ini reversibel, transformasi ini tak sempurna. Jika campuran disaring
dan dicuci ( jadi menghilangjkan natrium sulfat) dan residu dididihkan dengan
sejumlah larutan natrium karbonat yang baru saja dibuat, lebih banyak lagi
barium sulfat akan berubah menjadi karbonat yang bersangkutan.
6. Larutan
kalsium sulfat jenuh : endapan segera dari barium sulfat putih. Fenomena yang
serupa terjadi jika dipakai reagensia strontium sulfat jenuh.
Penjelasan
atas reaksi-reaksi ini adalah sebagai berikut : dari ketiga alkali tanah
sulfat, barium sulfatlah yang paling sedikit larut. Dalam larutan kalsium atau
strontium sulfat jenuh, konsentrasi ion sulfat cukup tinggi untuk menimbulkan
pengendapan dengan barium yang berjumlah agak banyak, karena hasil kali
konsentrasi-konsentrasi ion melampaui nilai hasil kali kelarutannya:
SO42-
+ Ba2+ « BaSO4
¯
7. Larutan
kalium kromat : endapan kuning barium kromat, yang praktis tak larut dalam air
(3,2 mg/ liter, Ks = 1,6 x 10-10).
Ba2+
+ CrO42- à BaCrO4
¯
Endapan
tak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari strontium dan kalsium) tetapi
dapat larut dengan mudah dalam asam mineral.
Penambahan
asam pada larutan kalium kromat menyebabkan warna kuning dari larutan berubah
menjadi jingga-kemerahan, disebabkan terbentuknya dikromat:
2CrO42-
+ 2H+ « Cr2O72-
+ H2O
Dengan
penambahan basa (misalnya ion-ion OH-) kepada larutan dikromat,
reaksi atom berlangsung dari kanan ke kiri karena ion hidrogen hilang diikat
oleh ion OH‑, maka kromat akan terbentuk.
8. Reagensia
rhodizonat
9. Etanol
bebas air dan eter : campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini melarutkan barium
nitrat anhidrat atau barium klorida (perbedaan dari strontium dan kalsium).
Garam-garam ini harus dipanaskan 180oC sebelum pengujian, untuk
menghilangkan semua air kristal. Uji ini bisa dipakai untuk memisahkan barium
dari strontium dan atau kalsium.
Strontium
(Sr)
Strontium
adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium lebur pada 771oC.
Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
1. Larutan
amonia : tak ada endapan.
2. Larutan
amonium karbonat: endapan putih strontium karbonat :
Sr2+ +
CO32- à SrCO3
¯
Strontium
karbonat agak kurang larut dibanding barium karbonat; lain daripada ini;
ciri-ciri khasnya (kelarutan yang sedikit dalam garam-garam amonium terurai
oleh asam), adalah serupa dengan ciri-ciri khas barium karbonat.
3. Asam
sulfat encer : endapan putih strontium sulfat :
Sr2+
+ SO42- à SrSO4
¯
Kelarutan
endapan tak dapat diabaikan (0,097 gr/L, Ks = 2,8 x 10-7). Endapan tak larut
dalam larutan amonium sulfat bahkan dengan mendidihkan sekalipun (perbedaan
dari kalsium), dan larut sedikit dalam asam klorida mendididh. Ia hampir
sempurna diubah menjadi karbonat yang bersangkutan, dengan mendidihkan larutan
karbonat pekat:
SrSO4
+ CO32- « SrCO3
¯ + SO42-
Strontium
karbonat kurang larut dibanding strontium sulfat (kelarutan 5,9 mg SrCO3 L-1;
Ks = 1,6 x 10-9 pada suhu ruang)
Setelah
menyaring larutan, endapan dapat dilarutkan dalam asam klorida, jadi ion-ion
strontium dapat dipindahkan ke dalam larutan itu.
4.
Larutan kalsium sulfat jenuh : endapan putih strontium sulfat, terbentuk
dengan lambat-lambat dalam keadaan dingin, tetapi lebih cepat dengan
mendidihkan (perbedaan dengan barium)
5. Larutan
amonium oksalat : endapan putih strontium oksalat
Sr2+ + (COOH)22- à Sr(COO)2¯
Endapan
hanya sedikit sekali larut dalam air (0,039 gr/L, Ks = 5 x 10-8). Asam asetat
tak menyerangnya; namun asam-asam mineral melarutkan endapan.
6.
Larutan kalium kromat: endapan kuning strontium kromat
Sr2+ +
CrO42- à
SrCrO4¯
Endapan
larut agak banyak dalam air (1,2 gr/L, Ks = 3,5 x 10-5), maka tak terjadi
endapan dalam larutan strontium yang encer. Endapan larut dalam asam asetat
(perbedaan dari barium) dan dalam asam-asam mineral, oleh sebab-sebab yang
sama, seperti yang diuraikan pada barium.
7.
Reagensia natrium rhodizonat
8.
Etanol bebas air dan ete : campuran 1+1 dari pelarut-pelarut ini, tidak
melarutkan strontium nitrat anhidrat, tetapi melarutkan strontium klorida anhidrat.
Uji dapat dipakai untuk pemisahan kalsium, strontium, dan barium.
Uji
ini dapat dilakukan sebagai berikut: endapkan strontium sebagai karbonat.
Saring endapan, larutkan satu bagian darinya dalam asam klorida, dan satu
bagian lain dalam asam nitrat. Uapkan kedua larutan di atas kaca arloji
sendiri-sendiri sampai kering, panaskan residu sampai 180oC selama
30 menit, dan coba larutkan residu dalam ml pelarut.
Kalsium
(Ca)
Kalsium
adalah logam putih perak, yang agak lunak. Yang melebur pada 845oC
ia terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab, pada reaksi ini terbentuk
kalsium oksida dan kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk
kalsium hidroksida dan hidrogen.
Kalsium
membentuk kation kalsium (II), Ca2+, dalam larutan-larutan air.
Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tak
bewarna, kecuali bila anionnya berwarna. Kalsium klorida padat bersifat
higroskopis dan sering digunakan sebagai zat pengiring. Kalsium klorida dan
kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol atau dalam campuran 1+1 dari
etanol bebas-air dan dietil eter.
Reaksi-reaksi
:
1.
Larutan amonia: tak ada endapan, karena kalsium hidroksida larut cukup
banyak. Dengan zat pengendap yang telah lama dibuat, mungkin timbul kekeruhan
karena terbentuknya kalsium karbonat.
2.
Larutan amonium karbonat : endapan amorf putih kalsium karbonat :
Ca2+
+ CO32- à CaCO3
↓
Dengan
mendidihkan, endapan menjadi berbentuk kristal. Endapan larut dalam air yang
mengandung asam karbonat berlebihan (misalnya, air soda yang baru dibuat),
karena pembentukan kalsium hidrogen karbonat yang larut :
CaCO3↓ + H2O
+ CO2 ↔ Ca2+ + 2HCO-3
Dengan
mendidihkan, endapan muncul lagi karena karbondioksida keluar selama proses itu
sehingga reaksi berlangsung kearah kiri. Ion-ion barium dan sromtium bereaksi
serupa. Endapan larut dalam asam, bahkan dalam asam asetat :
CaCO3
↓ + 2H+ → Ca2+ + H2O + CO2↑
CaCO3↓ + 2CH3COOH
à Ca2++
H2O + CO2↑+ 2CH3COO-
Kalsium
karbonat larut sedikit dalam larutan garam-gaaram amonium dari asam kuat.
3.
Asam sulfat encer : endapan putih kalsium sulfat :
Ca2+
+ SO42- → CaSO4↓
CaSO4
larut cukup berarti dalam air (0,61 gram Ca2+, 2,06 gram CaSO4
atau 2,61 gram CaSO4.2H2O l-1, Ks =
2,3 x 10-6) yaitu larut lebih banyak dari pada barium
Identifikasi
Kation-Kation Golongan Sisa (V)
Kation-kation Golongan V (Mg2+, Na+,
K+, dan NH4+) dapat diidentifikasi satu
persatu tanpa pemisahan pendahuluan. Proses identifikasinya adalah sebagai
berikut :
b. Identifikasi
Kation Magnesium (Mg2+)
Residu dilarutkan dalam beberapa tetes HCl encer dan
tambahkan 2-3 ml air. Kemudian bagi menjadi dua bagian yang tidak sama.
Bagian
yang lebih banyak.
Olah 1 ml larutan oksina 2 % dalam asetat 2M dengan 5
ml larutan ammonia 2M. Jika perlu panaskan untuk melarutkan setiap oksina yang
diendapkan. Tambahkan NH4Cl kepada larutan uji, diikuti dengan
reagensia oksina amoniakal yang telah dibuat. Kemudian panaskan sampai mendidih
selama 1-2 menit (bau NH3 harus terbedakan). Adanya endapan kuning
muda menandakan adanya Mg oksinat.
Bagian
yang lebih sedikit.
Sekitar 3-4 tetes sampel tambahkan 2 tetes reagensia
‘magneson’ diikuti dengan beberapa tetes NaOH sampai basa. Adanya endapan biru
memastikan adanya Mg. Uji ini bergantung pada adsorpsi reagensia, yang
merupakan suatu zat pewarna, diatas Mg(OH)2 dalam larutan basa maka
akan dihasilkan bahan pewarna biru.
Semua logam, kecuali logam-logam alkali tidak boleh
ada. Garam ammonium mengurangi kepekaan uji ini dengan mencegah pengendapan
Mg(OH)2, dan karenanya harus dihilangkan terlebih dahulu.
c. Identifikasi
Kation Natrium (Na+)
Filtrat bagian pertama digunakan untuk
mengidentifikasi kation Na. filtrate ditambahkan sedikit uranil magnesium
asetat, kocok, dan diamkan selama beberapa menit. Adanya endapan kristalin
kuning menandakan Na ada.
Na+ + Mg2+ + 3U2 2+ + 9CH3COO
- → NaMg(UO2)3(CH3COO)9
↓
Pengendapan yang paling baik untuk ion-ion natrium
adalah pengendapan dengan uranil magnesium atau zink asetat.
d. Identifikasi
Kation Kalium (K+)
Filtrat ditambahkan dengan sedikit larutan natrium
heksanitritokobaltat (III) atau kira-kira 4 mg zat padatnya dan beberapa tetes
asam asetat encer. Aduk-aduk, dan jika perlu diasamkan selama 1-2 menit. Adanya
endapan kuning K3[Co(NO2)6] menandakan adanya
K.
3K+ + [Co(NO2)6]3-
→ K3[Co(NO2)6] ↓
Endapan tak larut dalam asam asetat encer. Jika ada
natrium dalam jumlah yang lebih banyak (atau jika reagensia ditambahkan
berlebihan) terbentuk suatu garam campuran, K2Na[Co(NO2)6].
Endapan terbentuk dengan segera dalam larutan-larutan pekat, dan lambat dalam
larutan encer, pengendapan dapat dipercepat dengan pemanasan.